NU Sumedang Online – MWC Tanjungsari membentuk Ranting Desa Kutamandiri bertempat di Pondok Pesantren Al Fatah Kutamandiri, Senin (7/12/2020).
Pengurus Ranting NU desa Kutamandiri Kecamatan Tanjungsari dibentuk atas dasar kesadaran para warga Jamaah Nahdliyyin yang ada di Desa Kutamandiri. Demikian diungkap oleh K. Denden Ketua MWC NU Tanjungsari.
“Pembentukan Ranting ini atas dorongan dan kesadaran berstatus Warga kultural di NU di Desa Kutamandiri, karena merasa sangat dilematis setelah mengevaluasi perkembangan ormas-ormas yang mengatasnamakan islam dan mengaku-ngaku aswaja. Akan tetapi dalam pengamalannya tidak berpedoman pada nilai-nilai Al Qur’an dan Al Hadist,” ujar K Denden.
Kesadaran tesebut berdasarkan pemahaman warga Kutamandiri atas salah satu Hadist Nabi agar mengikuti golongan kaum yang terbesar atau Syawadul A’dzhom agar mendapat keselamatan.
“Mereka termotivasi juga melalui hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, bahwa ‘umat Kanjeng Nabi Muhammad saw tidak akan bersepakat dalam kesesatan, maka ketika terjadi sebuah pertikaian, ikutilah kepada kelompok yang mayoritas’,” tambahnya.
“Seperti kita ketahui sejak kelahirannya NU tahun 1926, hingga saat ini 2020 hanya ormas NU-lah yg tetap menjadi mayoritas bukan saja di Indonesia bahkan di dunia,” tegas Denden.
K. Denden melanjutkan alasan Jamaah di Kutamandiri mendesak membentuk Ranting NU. Menurutnya apa yg dirasakan warga Desa Kutamandiri terasa hampa, harus kemana mengekspresikan diri dalam berorganiasi. Sedangkan basis warga setempat adalah beramal Nahdliyyah, masih kental Tahlilan, marhabaan, ziarah kubur, maulidan.
Terpilih sebagai ketua Ranting kutamandiri sohibul Ma’had Pondok Pesantren Alfatah, K Agni.
Ikut menyambut pada acara tersebut Katib Syuriah MWCNU Tanjungsari Kiai Agus Rahmat. Sebagai pembekalan kepada pengurus ranting yang terbentuk K. Agus memotivasi kepada pengurus ranting untuk bangga menjadi pengurus NU, dan memberikan pemahaman organisasi NU.
“Menjadi NU haruslah bangga, karena secara amaliyah NU, kita sebagai ajengan kampung justru banyak kesempatan untuk menyebarkan paham ke-NU-an disaat ada acara tahlilan, Marhabaan dan lain sebagainya. Disamping itu ada nilai tambah, ketika pulang membawa berkat & berkah juga bakak, boboko, dan salam tempel,” kata Kiai Agus.
Adapun ketua Tanfidziyah MWC NU Tanjungsari menyampaikan pesan dari Hadrotus Syeikh Hasyim Asy’ari ketika kita sudah menjadi bagian integral dari jam’iyyah NU harus memiliki tanggungjawab dalam tiga hal. Pertama Himaayatu ad-diin, menjaga tradisi yg sesuai dengan syariat islam kemudian mengamalkannya relevan dengan ajaran ahlussunah wal jama’ah annahdliyyah.
Kedua himayatu Ad-daulah, menjaga amanah NKRI dengan landasan negara berupa Pancasila yg telah menjadi perjanjian luhur dari para tokoh agama, tokoh nasional dan para Kyai sepuh NU.
Beliau menegaskan untuk tidak sungkan-sungkan membela kedaulatan NKRI ini.
“Siapapun yg mengotak-atik negara dan pancasila dengan dalih apapun maka kita harus siap mempertahankannya hingga titik darah penghabisan,” Pungkas K Denden.
Pewarta: Cucu Samsu
Leave a Reply